Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menilai, aksi tawuran di Jakarta makin marak terjadi belakangan ini. Sebab itu, ia meminta polisi untuk melakukan razia lebih masif dan memberikan hukuman yang lebih berat untuk para pelaku. Selain itu, kerjasama dengan sekolah sekolah juga perlu lebih digalakkan, demi memberi pengawasan yang lebih ketat pada aktivitas siswa yang mengarah ke tawuran.
"Saya minta Polda Metro Jaya koordinasikan seluruh Polres dan Polsek, untuk lebih komprehensif melakukan pencegahan. Mulai dari galakkan razia, hukum para pelaku dengan lebih berat. Ini sudah mengganggu kamtibmas, masyarakat jadi resah kalau keluar rumah. Jakarta sudah darurat tawuran," kata Sahroni kepada wartawan Selasa (30/1/2024). Ada pun sebelumnya viral di media sosial yang memperlihatkan aksi tawuran di flyover Pasar Rebo, Jakarta Timur. Kejadian itu mengakibatkan tangan seorang pelajar putus terkena sabetan senjata tajam.
Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly, Senin (29/1), menyebut korban yang tangannya putus masih duduk di kelas 3 SMA. Pilpres 2024 Satu Putaran? Paslon Terkuat Tembus 50 Persen, Ini Hasil Survei Capres Terbaru Tawuran Makin Marak di Jakarta, Komisi III DPR Desak Polisi Tindak Tegas dan Hukum Berat Pelaku
Marak Aksi Tawuran di Jakarta, KPAI Singgung Tradisi Geng Antar remaja Hasil Survei Capres Cawapres 2024, H 14 Sebelum Pencoblosan Pilpres 2024, Cek Siapa Terkuat Calon Pemenang Pilpres 2024 Mulai Terlihat Jelang Pencoblosan, 6 Hasil Survei Elektabilitas Terbaru Halaman 4
Marak Tawuran di Jakarta, PSI Minta Disdik DKI Cabut KJP Pelajar Jika Terlibat Marak Aksi Tawuran di Jakarta, Satpol PP DKI: Bukan Hanya Tanggung Jawab Satuan Keamanan Survei Elektabilitas Capres Terbaru, Pilpres 2024 1 Putaran, Prabowo Mengaku Sudah Tak Sabar Kerja Halaman 4
Sahroni pun meminta pihak kepolisian berlaku tegas kepada para pelaku tawuran. Bahkan menurutnya, agar memutus rantai tawuran, kata ‘korban’ harus mulai diganti dengan ‘pelaku’ tawuran. Karena semuanya adalah pelaku kekerasan. "Datang ke sana sama sama bawa parang, bawa sajam, mau menghabisi orang lain, kenapa pula ada yang disebut korban? Jadi perspektif penegak hukum dalam melihat para pelaku ini harus mulai digeser. Kalau tidak, ini akan terus berlanjut dan seakan akan kita berkompromi dengan aksi kekerasan,” ucap Sahroni.
Sahroni pun meminta agar seluruh pemangku kepentingan, tetap mengedepankan aspek pencegahan. Karena bagaimanapun, anak anak muda ini adalah penerus bangsa. “Tapi catatan paling penting yaitu soal pencegahan. Semua pihak, baik polisi, sekolah, murid, orang tua, dan sebagainya, harus duduk bersama membuat komitmen pencegahan," tandas Sahroni.