Presiden Prancis Desak Israel Stop Penyerangan di Gaza, Bayi dan Perempuan Jadi Korban Jiwa

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan tidak ada pembenaran atas serangan ledakan oleh Israel. Hal itu disampaikan oleh Macron pada wawancara eksklusif BBC di Istana Élysée. Macron juga mengatakan bahwa gencatan senjata akan menguntungkan Israel.

"De facto saat ini, warga sipil dibom secara de facto. Bayi bayi ini, para wanita ini, orang orang tua ini dibom dan dibunuh. Jadi tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi. Jadi kami mendesak Israel untuk berhenti," katanya, Sabtu (11/11/2023). Meski demikian, ia menekankan bahwa Prancis juga mengutuk tindakan militas Hamas. Ketika ditanya apakah dia ingin para pemimpin lain (termasuk Amerika Serikat dan Inggris) ikut serta dalam seruannya untuk melakukan gencatan senjata, dia menjawab:

"Saya harap mereka akan melakukannya." ungkapnya. Tingkatkan Kesiapsiagaan, Kodim 0402/OKI Gelar Pembinaan Tanggap Bencana ke Masyarakat Terekam CCTV, Aksi Pencuri Pagar Besi di Purwokerto Banyumas, Beraksi Seorang Diri

Tim Medis Periksa Kesehatan Imigran Rohingya Terdampar di Aceh Timur, Tiga Perempuan Sedang Hamil Status Gunung Slamet Naik Waspada, BPBD Kabupaten Tegal Imbau Masyarakat Tetap Tenang Hasil Survei Elektabilitas Capres Terbaru, Surya Paloh Buka Bukaan Soal Peluang Anies Cak Imin

Idham Mase Kekeuh Cerai dengan Catherine Wilson, Kecewa Keket Tak Mundur dari Caleg, Rebutan Suara Halaman 3 Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negara negara harus mengutuk Hamas, bukan Israel dan mengklaim bahwa militernya berusaha untuk menyingkirkan warga sipil dari konflik tersebut. Sementara Hamas menggunakan mereka sebagai tameng manusia.

"Kejahatan yang dilakukan Hamas ISIS di Gaza hari ini akan dilakukan besok di Paris, New York, dan seluruh dunia," bunyi pernyataan dari kantor Netanyahu. Baru baru ini, Israel menargetkan rumah sakit al Syifa. Dikutip dari Al Jazeera, Israel mengirim serangan ledakan ke rumah sakit tersebut pada Senin (6/11/2023) dan mengenai sistem panel surya yang menyediakan listrik ke departemen utamanya.

Kini, RS al Syifa berada pada titik puncaknya, berjuang untuk merawat ribuan pasien saat rumah sakit tersebut diserang langsung oleh militer Israel. Bagi warga Palestina di Gaza, RS al Syifa adalah rumah penyembuhan. Namun bagi Israel, RS tersebut adalah pusat komando utama Hamas.

Dr Marwan Abusada, kepala bagian bedah rumah sakit, mengatakan bahwa al Shifa dapat menyediakan 210 tempat tidur pada hari hari biasa. Saat ini, 800 pasien sedang menunggu untuk dirawat, katanya dalam sebuah pernyataan yang disampaikan kepada Al Jazeera oleh LSM Medical Aid for Palestines (MAP). Rumah sakit juga kekurangan personel.

Serangan udara Israel telah menewaskan 150 staf medis di wilayah tersebut.

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *