Pejabat Rusia ke Dewan Keamanan PBB: Kiev Sudah Habis, Serangan Balasan Ukraina Berakhir Pejabat Rusia mengklaim kalau 'counter offensive' (serangan balasan) pasukan Ukraina yang sudah berlangsung sekitar empat bulan, sudah berakhir. Serangan balasan tentara Kiev itu ditujukan untuk merebut wilayah wilayah pendudukan Rusia di teritori yang mereka anggap sebagai kedaulatan Ukraina, termasuk Krimea.
Pasukan Rusia meresponsnya dengan membentuk garis pertahanan kuat, membuat pertempuran dari serangan yang dimulai pada awal Juni silam menghancurkan wilayah wilayah tersebut. “Serangan balik” yang dilakukan pasukan Ukraina selama empat bulan telah gagal mencapai tujuannya," kata duta besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, kepada Dewan Keamanan pada Jumat (13/10/2023). Vassily Nebenzia menyebut, selama beberapa hari belakangan ini, pasukan Rusia telah beralih ke operasi tempur, hampir di seluruh garis depan.
Ujarannya tersebut merujuk pada upaya Rusia merebut kembali daerah daerah yang sempat diambil alih Ukraina, termasuk di front Barat di antaranya Avdiivka, wilayah Donbass. Kapan Sebaiknya Makmum Baca Al Fatihah, Serentak dengan Imam atau Setelahnya? Ini Penjelasan UAS Harga Emas Hari Ini Melonjak Tajam, Berikut Rincian Harga Emas Per Gram 30 Januari 2024
Top 3 Pontianak Hari Ini: Rencana Damri Rute Supadio Kota, Weng Muay Thai Fight Nigth Siap Digelar Elektabilitas Capres Terbaru Pilpres 2024, Cek 11 Lembaga Survei dengan Hasil Akurat di Pilpres Lalu JK: Pembagian Bansos di Depan Istana itu Memalukan
Hasil Survei Capres 2024 Terbaru Elektabilitas Ganjar di Jawa Tengah yang Dipepet Prabowo UPDATE 6 Hasil Survei Capres 2024, Inilah Tingkat Elektabilitas Para Kandidat per 1 Februari 2024 "Oleh karena itu, kita dapat mempertimbangkan apa yang disebut sebagai serangan balasan Ukraina secara resmi telah berakhir,” kata Nebenzia.
Menurut utusan Rusia tersebut, serangan Ukraina selama empat bulan hanya mengakibatkan ratusan unit peralatan Barat hancur dan puluhan ribu nyawa orang yang wajib militer oleh rezim Kiev, yang sebagian besar tidak ingin berperang. "Beberapa dari mereka yang beruntung menyerah dan tetap hidup," tambah Nebenzia. Merujuk klaim Presiden Rusia, Vladimir Putin pekan lalu di Klub Diskusi Valdai di Sochi, korban di pihak Ukraina berjumlah lebih dari 90.000 orang, 557 tank, dan 1.900 kendaraan lapis baja,
Vassily Nebenzia juga menggarisbawahi kalau Barat punya andil terhadap perang berkepanjangan yang pada akhirnya membuat Ukraina makin menderita. "Alih alih mengakhiri “pembantaian” warga Ukraina di garis depan, negara negara Barat “terus memberi mereka senjata, seperti obat obatan kepada seorang pecandu, sehingga memperpanjang penderitaannya,” kata Nebenzia kepada Dewan Keamanan PBB. Dia mengklaim, Tentara Ukraina sejatinya tidak ingin berperang melawan Rusia, hanya, dorongan Barat membuat mereka terus maju dalam pertempuran yang kerap berakhir dengan sia sia.
Sumber daya yang dimiliki Kiev, tambahnya, kini berada dalam ambang kritis untuk terus melanjutkan perang. “Izinkan saya menekankan bahwa Rusia tidak ditentang oleh angkatan bersenjata Ukraina, yang sumber dayanya hampir habis, namun oleh mesin militer kolektif negara negara NATO dan industri pertahanan gabungan mereka,” tambah utusan Rusia tersebut. Dia juga menyentil pernyataan Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Ollongren baru baru ini bahwa mempersenjatai Ukraina adalah “cara yang sangat murah” untuk menghadapi Rusia.
“Sinisme mantan mitra Barat kami sungguh luar biasa,” katanya, "Ukraina yang hidup damai dengan negara negara tetangganya dan menghormati hak hak semua warga negaranya “memiliki dan masih memiliki masa depan,” simpul utusan Rusia tersebut. “Rezim kriminal neo Nazi [Vladimir] Zelensky tidak melakukannya,” kata dia.
Soal perkembangan situasi serangan balasan tersebut,Kepala intelijen militer Ukraina, Kirill Budanov, mengakui pada hari Kamis bahwa serangan itu tidak hanya berada “di belakang jadwal” tetapi “sepenuhnya di luar jadwal,”.